Kamis, 08 April 2010

After Passing through it all ... Too late!



Setiap menjelang malam aku sendiri…semua sibuk dengan pekerjaannya, sedangkan aku hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat. Aku rasa. Menonton TV, mengoperasikan hp, buka face-book, mengoperasikan computer atau mungkin hanya sekedar bermalas-malasan di tempat tidur.
Aku memang seseorang yang bisa dibilang kesepian. Aku punya orang-orang yang sayang padaku… tapi entah mengapa jika kesendirian mulai menghampiriku aku merasa begitu sepi…seakan tak ada makhluk lain di dunia ini. Aku berusaha berteman dengan benda-benda mati di sekitarku. Beginilah hidupku. Sendiri. Tapi biarpun begitu aku tetap bersyukur. Bagaimanapun juga Tuhan telah memberikan yang terbaik buatku. Aku yakin itu. Begitu pula dalam urusan pasangan hidup. Aku pun tak tahu bagaimana dia, sperti apa rupanya, berasal dari keluarga yang seperti apa.. aku tidak pernah tahu sampai saat itu tiba.
Aku pernah berkhayal sedikit tentang seseorang itu… apa dia adalah teman sesekolahan ku dulu kah? Apa dia orang yang saat ini tak ada didalam duniaku? Apa dia dari keluarga terpandang? Atau dari bagian yang terbuang? Dari keluarga yang agamis kah? Atau dari keluarga yang broken home? Yang jelas pertanyaan itu masih menempel benar dalam otakku. Hingga akhirnya aku berusaha mencari jawaban dari setiap tanyaku itu. Dengan sikapku yang sok tau.
Ketika SD kelas 6 aku dicomblangi oleh teman baikku, Tya. Dia menyomblangiku dengan orang yang menjadi “musuh bebuyutanku” waktu itu tanpa sepengetahuanku. Sebut saja dia “LANA”. Dia adalah teman sekelasku yang paling menyebalkan diantara cowok-cowok menyebalkan di kelasku. Waktu kelas 6 dia berumur 13, ya memang dia lebih tua dari yang lain. Waktu aku menginjak kelas 5 dia tidak naik kelas, entahlah apa sebabnya. Jadi pendek kata dia pada awalnya adalah kakak kelasku. Semenjak kelas 5 itulah aku selalu saja bertengkar dengannya, dari mulai ucapan sampai main tangan, ya aku tidak takut padanya karena menurutku gak ada yang perlu ditakuti dari dirinya walaupun dia terkenal dengan sikapnya yang suka malak adik kelas. Dan dia menganggap remeh perempuan. Aku paling tidak suka itu. Saat aku SD mungkin hingga kini aku masih kagum dengan sosok perempuan Indonesia yang lahir di Jepara itu. Ya beliau adalah ibu R.A Kartini. Beliau yang mengangkat nama perempuan. Apalagi ibu Kartini lahir di bulan yang sama denganku, tanggalnya pun tidak jauh berbeda. Kembali ke orang yang bernama LANA.
Lana terkenal di sekolah SD ku dengan kenakalannya, bayangkan saja masih SD saja sudah merokok dan malak belaga seperti preman pasar. Aku paling benci itu.
Pribadi dia memang sangat jungkir balik dengan pribadiku, dia yang brutal sedangkan aku yang masih polos dan penurut. Gak pernah terbayangku hal itu akan terjadi diantara aku dan dia.
Saat duduk di kelas 6, pertengkaran itu sudah mulai berkurang. Ada yang aneh memang tapi cekcok diantara kami itu masih ada walau tak sesering di kelas 5, dia mulai berlaku manis padaku. Lempar-lemparan gumpalan kertas saat jam pelajaran kosong yang isinya obrolan kami, entah kenapa kami jadi dekat. Saat test masuk SMP sebentar lagi akan diadakan , dia menembakku…hmmm cinta monyet… aku gak tau apa yang harus ku perbuat. Tapi pada akhirnya aku menerimanya dengan hati senang bercampur bingung. Aku sempat berpikir, mungkin dengan cara ini sikap dia yang buruk bisa berubah. Gak lagi malak, gak lagi-lagi meremehkan perempuan, gak lagi-lagi bolos sekolah. Ya itu misiku. Gak ada yang tahu soal itu sampai saat ini. Cuma aku, benda mati, dan Tuhanku. Namun sekian lama ku jalani, aku sadar… merubah sisi buruk orang lain itu gak gampang. Aku juga baru sadar kalau ternyata ia tidak mengikuti test yang menentukan akan ke SMP mana kita meneruskan sekolah kita. Memang, test itu gak wajib untuk diikuti, test itu wajib jika kita ingin meneruskan ke SMP Negeri. Hingga saatnya tiba. Perpisahan dengan teman-teman SDku. Di Kebun Raya Bogor. Lucunya aku dan dia berfoto. Agak iLfeeL juga sih ingat-ingat hal itu, tapi udah lewat ya sudahlah.
Ayahku dulu punya niat untuk meneruskan pendidikanku ke MTs (Madrasah tsanawiyah) yang merupakan sekolah Islam, tapi karena nemku lumayan bagus, kepala sekolah mendorongku untuk masuk di SMP Negeri yang aku pilih. Yah gak heran guru-guru sampai kepala sekolah sangat senang waktu mendengar aku, sebagai murid di sekolah SD swasta itu menjadi 5 besar di SMP Negeri yang aku masukkan dalam 3 sekolah negeri pilihanku saat test. Bagaiman tidak, aku yang hanya murid dari sekolah swasta yang bisa dibilang untuk kalangan menengah ke bawah bisa menjadi 5 besar di salah satu SMP Negeri di ibukota Indonesia ini. Ya begitu lah… ini jarang terjadi di sekolah swasta kecil itu.
Semenjak itu aku lost contact dengan si LANA. Aku bosan dengannya, dengan sikapnya yang keras. Susah diatur. Aku juga merasa ilfeel dengannya. Aku menganggap semua itu telah berakhir. Aku acuh, sekalipun bertemu dengannya.
Satu tahun lebih cerita itu musnah dan aku merasa bersalah sekali karena ternyata saat ia mendengar aku akan masuk MTs, ia berniat masuk pesantren dan mungkin karena pada akhirnya aku tidak bersekolah di MTs, ia juga batal untuk meneruskan pendidikan ke pesantren. Sejak mengetahui hal itu, aku merasa sangat bersalah. Seandainya ia batal masuk pesantren setidaknya ia meneruskan di sekolah biasa, tapi ini gak. Ia hanya bertahan sebentar di pesantren dan keluar lalu akhirnya ia benar-benar tidak bersekolah. Yah, tapi karena itu aku jadi tahu kalau niat ia masuk Pesantren itu bukan karena benar-benar mau belajar di pesantren tapi Cuma karena ikut-ikutan aku saja. Tapi itu baru dugaan saja. Entahlah. Saat Lost contact dengannya hubungan ku dengannya semakin tidak jelas. Tak ada kata-kata yang mengakhiri kami.
Ketika aku kelas VII di SMP Negeri Y, aku mulai mengenal yang namanya tekhnologi media elektronik internet. Dari situ aku mengenal chatting dan aku mulai memiliki banyak teman baru, ada yang di Jakarta, Bandung, Sidoarjo, sampai ke Pekan Baru (Sum-Bar). Dari sekian banyak teman chattingku, ada satu orang yang aku sukai, aku kagumi, aku merasa punya feeling dengannya. Dia bernama Natyo, dari Pekan Baru. Dia adalah orang yang baik, menurutku. Kenapa aku bisa bilang begitu? Ya, aku bisa bilang begitu karena dari segi tata bahasanya dia terasa sangat sopan, sekalipun aku belum pernah bertemu dengannya sampai saat ini.
Saat hampir pertengahan tahun 2005 (kalau tidak salah), dia mengatakan perasaaannya padaku, aku tidak bisa menolaknya karena aku merasakan hal yang sama dengannya, yah padahal aku tidak tahu sampai kapan rasa itu kan bertahan. Entah kenapa aku sangat percaya padanya, padahal aku tidak pernah bertemu dengannya, walaupun saat itu aku adalah pacarnya. Entah aku dianggap atau tidak olehnya, atau hanya sebagai status palsu tapi aku percaya padanya. Aku tak pernah berpikir dia memiliki perempuan lain di Pekan Baru sana yang menjadi pacar nyatanya. Itu semua tak terpikir olehku karena aku masih sangat belia. Pikiran yang masih pendek yang dipunya anak gadis yang beranjak remaja. Mungkin kalau aku bercerita tentang hubunganku dengan Natyo pada teman-temanku, mereka akan merasa heran dan berpikir kalau aku adalah orang yang aneh. Bayangkan saja selama menjalin hubungan tidak pernah bertemu satu kalipun. Foto pun ga ada.
Hubungan itu tidak bertahan lama, hanya 3 bulan, tapi saat itu aku merasa 3 bulan itu berlangsung sangat lambat. Hubunganku dengannya juga menggantung, bukan karena aku atau mungkin juga bukan karena dia. Saat itu sedang marak-maraknya berita tentang Pekan Baru yang berasap. Dan sejak kejadian itu pun aku tidak bisa menghubunginya, walaupun hanya SMS satu kali. Aku juga sampai sekarang masih bingung. Itu semua terjadi karena bencana itu, atau karena dia yang ingin menjauhiku. Apapun jawaban sebenarnya, aku terima . Aku mulai beranjak dari kelas VII dan menduduki kelas VIII.
Lagi-lagi, waktu aku di kelas VIII, Lana kembali masuk dalam kehidupanku. Dia mulai mengetahui nomor HP-ku, yap siapa lagi kalau bukan dari Tya. Lana terus menghubungi nomor HP-ku, dia selalu mengirim SMS. Aku sih tidak masalah jika dia SMS ke HP-ku. Tapi masalahnya adalah…di dalam SMS-SMSnya itu pasti terselip kata ‘yank’, ’say’, ‘aii’ atau sejenisnya... aku merasa risih. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Toh yang bilang kami tidak ada hubungan apa-apa lagi hanya aku. Hanya keputusan sepihak. Aku berusaha tetap menjaga perasaannya, walau kenyataannya aku tidak ingin punya hubungan itu lagi dengannya. Aku tahu dia baik, Menghormati aku sebagai perempuan, tapi aku tidak merasa nyaman dengan statusku sebagai pacarnya itu. Aku juga merasa kalau belum saatnya, karena umurku saja baru 14 tahun, masih belia. Seandainya aku juga sudah cukup umur aku juga tidak ingin berpacaran dengannya, atau balikan lagi dengannya. Aku tidak nyaman. Lebih nyaman saat berteman. Keadaan jadi nggak kaku. Perlahan tapi pasti, aku mengatakan bahwa aku ingin mengakhirinya, yah walaupun memang sebenarnya aku sudah menganggapnya berakhir sebelum dia muncul lagi dihadapanku. Maafkan aku. Aku bilang padanya aku ingin mengakhiri hubungan itu dengan alasan ingin lebih serius belajar. Agak munafik memang, tapi ampuh. Saat itu aku memang ingin belajar serius, tapi gak menjamin aku tidak akan merasakan falling in love lagi. Perasaan yang pasti dirasakan oleh semua remaja. Bisa dibilang cinta monyet sih. Yah pada akhirnya saat duduk di kelas IX di awal bulan maret tepatnya, teman dekatku yang sudah aku anggap sebagai abangku menyatakan perasaannya. Sebut dia “Hamed”. Ya, aku terima dia, karena aku yakin dia orang baik-baik waktu itu. Dia selalu terlihat rajin sholat saat di sekolah, dia baik, suka bercanda, dan dia orang jawa, seperti aku. Tapi lambat laun dia menunjukkan sikap buruknya. Saat kelulusan dia masih bersikap baik padaku, tetapi waktu kami sudah lepas dari Sekolah Menengah Pertama, dia mulai menunjukkan sikap busuknya. Dia mulai menggerogoti jiwa ragaku. Aku masih bertahan. Bodohnya aku, sulit sekali lepas darinya. Bukan itu saja, bahkan aku menerima sikap busuknya itu padaku. Satu tahun lebih aku bersamanya, walau tak berjalan mulus. Aku sempat memutuskannya 2 kali dan aku juga yang mengajaknya balikan. Tapi dalam keputusanku yang ketiga, aku benar-benar mengakhirinya. Tanpa mengajaknya balikan lagi. Yah ceritaku dengannya benar-benar berakhir dengan sangat menyakitkan. Setelah beberapa hari putus darinya aku menerima seseorang dalam hidupku. Saat Hamed mengetahui kabar itu, dia sangat marah padaku. Dia tidak terima dengan keputusanku itu yang baru dalam hitungan hari putus darinya sudah menerima orang lain dalam hidupku… huft…aku masih ingat kalau dulu aku dan dia saling marah-marah dalam sms, hingga kejadian yang memilukan itu terjadi. Malu. Aku rasakan itu. Di depan orang banyak yang aku temui hampir setiap hari. Dia memakiku dengan ribuan kata-kata. Aku tidak masalah jika ia begitu padaku. Asalkan tidak didepan mereka. Untungnya “zinud” tidak ada di sana waktu itu. Jika tidak, urusan bisa semakin panjang. Ya aku menangis…menangis sangat lama. Sampai-sampai saat sahabat-sahabatku bertanya “ada apa” aku hanya bisa menangis. Aku masih gemetar jika mengingat kejadian itu, apa ini trauma? aku tak mengerti… yang jelas aku merasa takut…
Saat kejadian dihari itu sudah terlewati…aku lost contact dengan Hamed. Sebenarnya aku masih ingin bersahabat seperti dahulu, tapi mengingat perlakuannya padaku, semua memory yang diberikan padaku, aku jadi ingin menjauh. Terlebih lagi dia memperbolehkan aku menjadi temannya lagi dengan syarat aku harus memutuskan “Zinud”. Aku tidak mau. Pertemanan, persahabatan dengan syarat sama saja bohong, sama saja bukan pertemanan lebih lagi persahabatan.
Aku tidak ingin putus dari Zinud, karena aku merasa nyaman dengannya, entah kenapa. Aneh memang. Padahal dia…ya begitulah…aku jalani hari dengannya. Selama 1bulan hampir 2 bulan itu. Waktu tersingkatku dibanding bersama yang lain… tapi saat aku kehilangannya demi dia bahagia…meski sedikit kehilangan.. aku tetap bahagia karena bisa melihatnya bahagia dengan yang lain. Karena buatku .. aku ingin yang terbaik buatnya..buat Zinud…but he never know …all in my heart…
Berbulan-bulan aku tidak bersamanya lagi…tapi tak disangka dia muncul lagi dalam hidupku… ya meski memang sebenarnya setelah putus darinya aku masih berhubungan baik dengannya. Berteman dengan baik. Ya dia kembali lagi padaku. Teman-temanku yang mengetahuinya heran… “Kenapa mau?”…Mereka tidak akan mengerti apa yang aku rasakan. Mungkin kedengarannya aneh, tapi selama dia tidak memperlakukan aku yang ‘aneh-aneh’ aku tak masalah.. cause I feel something…sedikit tak yakin tapi terus ku jalani,,, hhmmp…until now…so help me god…and anything from god is the best for me.. I trust it,,,
Tapi belum mencapai dua bulan dia memutuskanku lagi. Dan bagiku tak masalah.

Actually, setelah sekian lama aku menjalani hari-hari itu dengan karakter yang berbeda-beda, kini aku tersadar… ada yang terlupakan yang lebih penting dari keempat orang itu. Dia yang selalu mengalah untukku tapi waktu itu dia selalu ada untukku. Dia yang membuatku nekat dan berani menemui orang yang sebelumnya belum pernah aku temui. Dia orang asing pertama yang berani untukku temui. Dimulai dari sanalah cerita ku dan dia mengalir. Sebut dia ”Dan”.
Aku mengenalnya dari chatting ’MIRc’ sama seperti pertama kali aku kenal dengan Natyo. Ya tak mudah untukku bisa percaya orang lain yang baru aku kenal. Begitu juga saat aku chatting dengan berpuluh-puluh orang yang ku tak tahu bagaimana wajahnya. Tapi entah kenapa saat itu aku bisa percaya bahawa Dan adalah orang baik-baik. Dia bukan macam orang yang ketika baru say ’hello’ terus ngajak ML atau semacamnya. Yeikzz i hate peoples like that. Ya Dimulai dari chatting lalu berlanjut ke SMS . setelah 7 bulanan smsan aku barulah berani menerima ajakannya untuk bertemu. Sebelumnya? Jangan tanya…aku selalu menolak ajakannya. Alasannya simple…’aku belum berani dan belum siap untuk bertemu’..heeeheee…
Cerita ini berjalan sebelum aku jadian sama “Hamed”.
Ya sebelum aku berjalan bersama Hamed aku sangat mengagumi dia, ”Dan”. Jauh sebelum aku mengenal Hamed. Tapi ga tahu kenapa. . .justru aku jadian dengan Hamed pada akhirnya. Dan pun mengalah aku rasa. Dari awal aku berkenalan dengannya aku sudah merasakan kenyamanan itu. Meski perasaan ku ke Dan ga menetap. . .selalu saja berubah. Terkadang aku merasa begitu nyaman dengannya, terkadang aku pun merasa bosan dengannya tapi selalu perasaan sayang itu akan muncul lagi nanti. Mungkin aku terlalu munafik akan perasaanku ke Dan. Aku selalu bilang padanya bahwa aku menyayanginya karena dia adalah ”abangku”. Setiap aku bilang itu Dan seperti berharap lebih dari itu, aku selalu pura-pura tidak mengerti meski sebenarnya aku juga berharap seperti yang dia harapkan. Aku dan Dan juga saling jujur, saling berbagi cerita jika ada sesuatu hingga setelah sekian lama perasaanku terpendam, tepatnya ketika aku putus dari Hamed... dan dengan jujunya megatkan kalau dulu dia sempat menyukaiku namun karena aku terlanjur bersama Hamed, dia mengalah. Mungkin saat dia katakan itu padaku, dia masih merasakan hal yang sama. Aku juga begitu...beberapa minggu kemudian aku katakan hal yang sama kepadanya. Tapi hanya sekedar mengatakan, tidak lebih...
Ada sesuatu yang membuatku membiarkan perasaanku ini tak tersampaikan begitu saja. Aku juga merasa sangat berbeda dunia dengannya. Aku membiarkan perasaan ini terpendam begitu saja. Dan seperti terus menungguku. Hingga dititik kejenuhannya dia menemukan sesosok wanita yang merupakan teman kuliahnya lalu berlanjut ke hati seorang siswi SMA yang seumuran denganku. Saat aku mengetahuinya aku begitu merasa terasingkan. Mungkinkah aku cemburu?
Terlalu terlambat ku rasa. Meski tak terlambat pun entah bisa atau tidak aku membicarakan hal ini berdua dengannya.
Ketika aku putus untuk yang kedua kalinya dari ”Zinud”, Dan memberikan aku sebuah lagu. Bukan lagu ciptaannya. Yahh awalnya aku tak begitu tertarik dengan lagu itu terlebih lagi aku belum pernah mendengar nama penyanyi dan judul lagunya. Apalagi aku harus mencarinya terlebih dahulu di internet. Aku sempat lupa juga untuk mencarinya. Hmmm... lalu aku mendapatkan liriknya. Baru liriknya saja...lalu akhirnya aku download lagu itu...aku dengarkan...dengarkan...artikan...artikan....dan menyanyikannya.
Begitu menyentuh pikirku. Mendalam lagu itu dan aku mengerti makna yang ada didalamnya. Ya ! lagu itu ku anggap lagu spesial untukku.. makna yang terkandung didalam lagu tersebut sangat mengena ke kisah aku dengan Dan. That song is feel in his heart. The song is message for me. dan lagi lagi aku melakukan kesalahan yang sama. Terlambat mengerti. Sepertinya perkataanku dulu benar. Ini jalan terbaik. Karena aku takkan menyakitinya dan dia takkan menyakitiku.

Tahu ga apa perkataanku dulu untukku sendiri tentang dia?
Ini perkataanku: ”hubungan persaudaraan
seperti ini lebih abadi dibanding hubungan pacaran. Karena seandainya aku dan Dan berpacaran , kemudian suatu saat terdapat masalah diantara kita , lalu pada akhirnya hubungan itu berakhir, pasti diantara kami akan adayang tersakiti, entah aku atau dia. Tak apa bagiku jika saat itu yang tersakiti adalah aku...
Tapi jikalau kisah berkehendak dia yang tersakiti? Aku takkan maafkan diriku sendiri... karena aku inginkan Dan bahagia.
Kemudian dengan berakhirnya kisah itu makin jarang juga komunikasi diantara kami terlebih lagi jika sampai lost contact. Aku tak mau sepert i itu. Ya karena pada dasarnya pacaran atau hubungan semacam itu bukan hubungan main-main bagiku. Aku terlalu sayang padanya dan aku tak mau cerita seperti itu terjadi diantara aku dan dia. Maka lebih baik aku memendam perasaanku ini entah sampai kapan. Mungkin sampai saat yang tepat (tapi kurasa tak ada saat yang tepat).. karena ketidakpastian dan ketidakmungkinkan itu yang membuatku memendam rasa ini. Dan ku biarkan dia tetap ada disini agar jika kamu sedang kalut, bersedih aku bisa ada untuknya dan ketika dia berbahagia meski jauh aku bisa merasakan kebahagiaannya juga, melihat dia tersenyum, tertawa.”
Ya, itu perkataanku...mungkin memang agak berat atau bahkan terlalu berat. Tapi aku akan terus berusaha menjaga perasaannya supaya dia selalu bahagia.. dan aku tetap dan terus menjadi adik kecilnya. ^^

_I wish u will get your happiness_
I’m in here for you, to make you smile, to make you laugh…
I wont make you confused, and worried again about me…
Don’t wait me again but I want you to here.
Run to the end of world and find what you want in your life.
I’m promise I wont make you restless.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar